Review Film : Lights Out (2016)

Friday, 4 November 2016





Director: David F. Sandberg
Writer: Eric Heisserer (screenplay)
Rating: PG-13 (for terror throughout, violence including disturbing images, some thematic material, and brief drug content)
Genre: Horror, Suspense
Stars: Teresa Palmer, Gabriel Bateman, Maria Bello
Ratings:
IMDb: 6,5/10
Rotten Tomatoes: 6,3/10

PordNiar: 8/10








Sinopsis

Sebagian orang merasa takut dengan kegelapan. Karena dalam kegelapan, kadang memunculkan pikiran-pikiran aneh yang mengerikan. Namun, apa jadinya kalau keanehan itu bukan sekadar ada dalam pikiran?

Seorang anak lelaki bernama Martin (Gabriel Bateman) mengalaminya. Dia melihat sesuatu yang menyeramkan di rumahnya saat gelap. Namun jika cahaya dinyalakan, maka makhluk itu akan menghilang. Makhluk itu berkeliaran di rumahnya. Menakutinya. Menyakitinya. Dan yang lebih mengejutkan, makhluk itu adalah Diana, teman dari sang ibu.

Karena ketakutan, Martin mendatangi kakak angkatnya, Rebecca (Teresa Palmer) dan meminta pertolongan. Dari sana dimulailah perjalanan mereka mencari tahu siapa sebenarnya Diana. Penyelidikan yang kemudian mengarahkan mereka pada masa lalu sang ibu yang mengejutkan.
Seru lho filmnya. Horror, thriller, romance, dan dramanya seimbang. Dapet semua kerennya!!




Review


Termasuk film baru. Yang mendapat rating dikit dari imdb. Diproduseri salah satunya oleh James Wan, sang bapak film horror yang menyutradarai film horror booming semacam Conjuring dan Insidious. Awal film dibuka dengan seorang pekerja yang melihat penampakan Diana di kantornya. Makhluk itu bahkan tidak segan untuk membunuh sang pekerja. Kenapa dia membunuhnya?

Alasannya akan segera kita temukan saat menonton alur selanjutnya. Seorang ibu, Shopie, diperankan oleh Maria Bello, yang depresi, baru-baru ini telah kehilangan suaminya tanpa kejelasan. Dia hidup sendiri mengurus seorang putera yang masih kecil, yaitu Martin. Rumahnya selalu dalam keadaan gelap. Katanya, temannya yang bernama Diana menyukai tempat yang gelap.

Shopie (Maria Bello)


Tentu saja Martin menjadi takut dan memilih untuk tinggal dengan kakak angkatnya, Rebecca. Tak disangka, Rebecca yang penampilannya metal dan seolah tidak bisa mengurus dirinya sendiri itu mau mendengarkan keluhan sang adik dan mengajaknya tinggal bareng. Gadis itu paham betul perasaan adiknya. Karena toh dulu semasa kecil, dia juga pernah bertemu dengan Diana. Dia merasakan ketakutan yang sama dengan sang adik sekarang. Maka dari itu secepat mungkin dia memilih untuk keluar dari rumah itu.

Rebecca (Teresa Palmer)


Rebecca itu memiliki seorang gebetan, Bret (Alexander DiPersia) yang sangat mencintainya. Namun sayangnya, gadis itu tidak ingin berkomitmen lebih jauh. Tetapi demi merebut hati Rebecca, Bret pun terus membantunya menyelesaikan permasalahan dengan ibu dan adik angkatnya.

Bret (Alexander DiPersia)


Shopie rupanya tidak terima jika Martin tinggal di tempat lain. Selama ini wanita itu merasa bahwa Rebecca telah meninggalkannya. Dia sangat sedih dan berharap hal itu tidak terjadi lagi pada Martin. Hanya sayang, dia masih bersikeras mempertahankan makhluk bernama Diana itu dalam pikiran dan rumahnya.

Sebenarnya Shopie merasa Diana hanyalah masa lalu. Dan bukan lagi sahabat yang harus dituruti segala keinginannya. Diana telah membuat hidupnya menderita. Diana bahkan menyakiti orang-orang di sekitarnya. Terlebih Diana tidak lagi berasal dari dunia ini. Tetapi dia tak bisa begitu saja lepas dari Diana. Wanita itu adalah satu-satunya pengikat bagi Diana untuk terus berada di dunia ini. Akibatnya, Diana berusaha keras mengandalikan Shopie, hingga wanita itu sering tidak mau mendengar siapapun. Semua usaha menyingkirkan Diana terasa mustahil jika Shopie terus keras kepala.

Martin (Gabriel Bateman)


Bagaimana akhir dari kisah ini? nanti saya bagikan spoilernya. Bagi yang tidak berkenan membaca,ya jangan dibaca. Tinggal ditonton saja.

Film ini menghadirkan ketegangan yang cukup intens. Aura gelap yang tersaji hampir di sepanjang cerita membuat saya bergidik ngeri. Saya sendiri bukan penikmat film horror. Lalu apa yang membuat saya tertarik dengan film yang jelas-jelas berlabel horror ini?

Karena sesungguhnya ada konflik psikologis di sini. Seorang yang kehilangan ketenangan jiwa, tak pernah bisa melepaskan pikirannya dari seseorang di masa lalu, yang tanpa dia inginkan masuk begitu saja ke dalam hidupnya. Anggaplah sejak saat itu dia apes seumur hidup. Saya ingin tahu bagaimana penyelesaian konfik ini. Bagaimana jalan keluar dari masalah psikologis kemudian bercampur dengan hal-hal supranatural?



Hasil racikan solusinya memang bukan hal yang luar biasa. Tetapi bagi saya, itu adalah bomb twist yang tidak hanya menyelesaikan seluruh persoalan, tetapi juga meledakkan keironisan. Sekaligus membuat baper dengan efek nyesek yang ditimbulkannya. Unsur suspense yang terbangun menjadi antara sia-sia dan tidak.

Belum lagi bumbu romance yang oke banget menurut saya. Memang kita tidak bisa melihat isi hati hanya dari penampilannya saja. Brett ini kelihatannya cowok nakal dengan rambut gondrong dan tampang galak. Tetapi dia gigih ingin merebut hati sekeras milik Rebecca. Dari semula dia ingin Rebecca terkesan, sampai pada akhirnya dia menolong karena memang peduli.



Namun Rebecca sejak awal sudah tidak mau berkomitmen. Apalagi dengan datangnya sang adik yang sangat butuh perlindungan. Seolah dia tidak bisa memikirkan hal yang lain lagi. Senang sekali melihat perkembangan hubungan mereka berdua. Meski awalnya sebal dengan Rebecca yang seolah menggantung Bret tapi terus memanfaatkannya.

Pada akhirnya, wanita selalu begitu. Perhatikalah keluarganya, maka dia akan memperhatikanmu. Ini yang bikin saya baper. Belakangan, setelah melihat Ezra Miller dan Johnny Depp versi gondrong, saya jadi suka cowok-cowok semacam itu. Terlihat sekali ketulusan seorang yang mencintai. Serta ketulusan seorang ibu.



Kira-kira masa lalu seperti yang membuat Diana terus mengikuti sang ibu yang adalah sahabat masa lalunya? Bagaimana penyelesaian film ini? berikut adalah spoilernya. Jangan dibaca kalau ingin menikmati filmnya lebih dulu. Kalau belum nonton tetapi ingin tahu bocorannya, sebaiknya jangan deh. Nonton ini seru kok. Nggak ada ruginya.



Spoiler alert!!

Ternyata Shopie dan Diana memang pernah bertemu di sebuah rumah sakit jiwa semasa mereka kecil. Diana yang memiliki kelainan pada kulitnya memang tidak bisa terkena sinar matahari. Shopie pun punya riwayat depresi yang membuatnya harus dirawat sementara. Saat itulah dia bertemu Diana.



Namun ternyata mereka tidak bersahabat. Diana lah yang ingin berteman dengan Shopie. Dia selalu mendoktrin Shopie bahwa mereka bersahabat. Namun suatu saat Diana mengamuk dan para dokter mencoba menenangkannya. Namun percobaan penenangan itu gagal dan Diana meninggal. sejak saat itu Shopie diikuti oleh roh Diana, hingga dia berumah tangga dan memiliki anak.

Sosok Diana bisa tinggal di dunia karena pikiran sang ibu yang mengikatnya.  Sehingga dia terus memikirkan bahwa seolah-olah Diana adalah sahabatnya yang masih hidup dan ingin melindunginya. Diana pun mencegahnya untuk meminum pil penenang yang diberikan dokter. Karena jika pikirannya tenang dan jernih, Diana akan lenyap. Hal itu berkelanjutan hingga menghacurkan rumah tangganya. Anak angkatnya pergi ditakuti oleh Diana. Lalu suaminya pun dibunuh oleh Diana di tempatnya bekerja, yang sempat saya ceritakan di awal. Lalu kini, dia tidak mau lagi anak lelakinya juga ikut pergi karena ulah Diana.



Shopie lantas mulai sadar saat Rebecca menginap di rumah bersama Bret. Dia menyaksikan sendiri Diana mulai mencoba meneror mereka. Dia berusaha menolong tetapi tidak berdaya. Lalu satu-satunya cara adalah dengan jalan pintas satu-satunya yang bisa dia pikirkan. Dia kemudian mengambil pistol dan menembak kepalanya sendiri. Tepat saat Diana nyaris membunuh Rebecca.
Lalu Diana menghilang. Sebagai gantinya, Shopie pun tewas.

Rebecca hanya bisa meraung dan mencoba menenangkan Martin. Kini dia harus mulai mengatur kehidupannya agar lebih baik supaya bisa mengasuh sang adik. Untunglah ada Bret yang bersedia melindungi mereka. Rebecca kemudian luluh terhadap ketulusan hati Bret dan mau menerimanya. Setegar-tegarnya cewek pasti memiliki saat-saat lemah. Dan di situasi apapun, Bret selalu menemainya. Hal itu pasti akan membuat Rebecca mencintainya selamanya.



Itulah kenapa saya bilang semua aspek dalam film ini kena banget di hati saya. Pengorbanan seorang ibu, dan seorang lelaki yang tulus mencintai gebetannya dan bertahan hingga akhir. Film ini sukses meraih pula hati saya.
Delapan bintang!!!



0 comments: