Director: Alfred Hitchock
Writer: Thornton Wilder (screenplay),
Sally Benson (screenplay)
Rating: PG
Genre: Classic, Drama, Mystery,
Suspense
Stars: Teresa Wright, Joseph
Cotten, Sally Benson
Ratings:
IMDb: 8/10
Rotten Tomatoes: 8,9/10
PordNiar: 7/10
Sinopsis
Seorang gadis remaja bernama
Charlotte “Charlie” Newton lagi bosen banget sama hidupnya yang gitu-gitu aja. Bangun,
makan, tidur, bangun, makan, tidur, dan gitu aja terus sampai bumi berbentuk
segitiga.
Nah, suatu ketika, dia kepikiran
sama pamannya yang tinggal di luar kota bernama Charles “Charlie” Oakley. Mereka
emang deket banget dari si Charlotte masih kecil. Nama panggilan mereka aja
sama. Makanya setelah ini saya bakalan nyebut Charlotte dengan nama Charlie,
sementara pamannya kita panggil Charles aja ya..
Saking deketnya paman dan
keponakan ini, si Charlie ngerasa dia tahu segala hal tentang pamannya. Bahkan mengira
mereka punya semacam telepati. Soalnya nih, ketika dalam kebosanan tak
berujungnya, Charlie kepikiran buat mengundang Charles untuk berkunjung ke
rumah mereka. Eh, nggak tahunya, sesaat setelah kepikiran, dia dapet telegram
kalau Charlie memang berniat liburan ke rumahnya. Itu beneran telepati, atau cuma
kebetulan?
Tapi mungkin juga bukan keduanya,
sih. Karena Charles sepertinya punya tujuan tersembunyi jauh-jauh dateng ke rumah kakak perempuannya. Makin
lama Charles tinggal bareng Charlie dan keluarga, makin Charlie merasakan
keanehan pada pamannya itu.
Charlie jadi bertanya-tanya, apa
dia bener-bener ‘mengenal’ paman kesayangannya itu? makin ragu-ragulah Charlie
begitu muncul juga detektif ganteng yang selain memporak-porandakan hatinya,
juga mengguncang rasa kepercayaannya pada sang paman.
Review
Film ini baru aja ditonton
kemarin. Memang nyari film-filmnya master of suspense kan rada gampang-gampang
susah. Dan dari sekitar lima puluh tiga filmnya, saya baru nonton sepuluh biji
doang.
Ini film jadul dan masih hitam
putih. Bercerita tentang Charlie yang diperankan si manis Teresa Wright sebagai
remaja cerdas yang kritis banget. Bayangin aja, masih remaja dia udah mikirin
betapa bosan hidupnya. Kalau saya mah bakal menikmati aja selagi masih bisa
menikmati. Kalau nggak bisa dibilang ndableg. Haha.
Charlie berpikir bahwa akan
sangat asyik kalau sang paman ada bersamanya dan berbagi banyak kisah hidupnya.
Charlie merasa bahwa hidup pamannya penuh pengalaman dan menantang. Singkat cerita,
si paman datang, pamannya dari desa, dibawakannya rambutan pisang dan sayur
mayur segala rupa (?) malah nyanyi.
Sebenarnya paman Charlie nggak bawa
pisang apalagi sayur mayur, dia cuma bawa dirinya dengan kemisteriusan
tampangnya yang boleh dibilang keren buat ukuran paman-paman. Kesan itu
disampaikan dengan baik oleh Joseph Cotten. Memang terlihat seperti sosok paman
idaman yang baik hati. Salah satu adegan paling memorable adalah ekspresi
Charlie saat menjemput Charles di stasiun kereta api. Kelihatan sumringah
banget, bahkan mungkin jauh lebih excited daripada kalau dia ketemu Park Bo Gum
di Jakarta, atau Rain sama bininya di Bali.
Dari awal film memang udah
dikasih tahu tentang si paman yang suka menggaet janda-janda kembang kaya raya
dan diporotin duitnya, dan setelah itu dibunuh. Ini yang saya setujui dari
pemikiran Hitchcock, twist itu fungsinya mengejutkan sesaat, sedangkan suspense
menyita lebih banyak waktu dan detak jantung yang bertalu-talu. Penonton dibiarkan
tahu apa yang tengah disembunyikan Charles dari keluarga kakaknya, dan terutama
dari keponakannya; Charlie. Setelah itu, sepak terjang Charles dan kecurigaaan
Charlie membuat penonton justru makin penasaran.
Katanya, ini film Hitchcock yang
amerika banget, meski nama-nama tokohnya itu ya inggris banget. Memotret kehidupan
keluarga middle-class dengan beberapa sisipan black comedy di dalamnya. Charlie
yang awalnya percaya dan bahkan memuja Charles setengah mati pun akhirnya
meragu. Masa sih, uncle Charlie kebanggaannya bisa membunuh manusia?
Kecurigaan Charlie bermula dari
datangnya dua orang semacam wartawan yang mau mewawancarai keluarganya. Mereka bersikeras
untuk ikut mewawancarai paman Charles, padahal sang paman nggak sudi banget,
difoto aja dia ogah.
Lalu salah satu pewawancaranya
bernama Jack Graham, diperankan dengan ganteng oleh Macdonald Carey, mengajak
Charlie hangout dan lantas memberitahu kecurigaannya pada sang paman. Charlie pun
tahu kalau ternyata Jack adalah detektif yang sedang memburu pembunuh tiga
janda kaya di kota sebelah. Dan mereka curiga jika paman Charles lah pelakunya.
Pertamanya sih, Charlie ngambek dan nggak terima pamannya dituduh. Tapi setelah
mengingat-ingat segala keanehan sikap pamannya selama ini, dia jadi bimbang. Dia
takut untuk percaya bahwa Charles melakukan kejahatan, tetapi kenyataan di
sekitarnya seolah membenarkan hal itu.
Kemudian suatu saat Charlie nekat
menanyakan kecurigaannya pada Charles. Dan sejak itu, Charlie selalu kena apes
dan nyaris celaka di rumahnya sendiri. Well, Charlie, setidaknya kehidupanmu
nggak ngebosenin lagi kan? ada semacam pemicu buat adrenalinmu gitu..
Tempo film ini sedang, nggak
terlalu lambat ataupun cepat, dan nggak ngebosenin juga, enjoy lah nontonnya. Apalagi
karakter-karakternya khas dan kuat serta menarik banget.
Ada Chalie tentu saja yang
cantik, cerdas, dan berani banget lah menurut saya. Tipe kakak tertua yang
menghormati sekali orangtuanya jadi panutan adek-adek pula, meskipun banyak
mengeluh tentang kehidupan dan bukan tipe yang terlalu patuh. Selalu ikutan
seneng pas dia lagi happy atau bersemangat, senyumnya manis. Saya agak kaget
waktu Charlie dengan mudah dan cepatnya mengetahui bahwa Charles sengaja
merusak koran sang ayah untuk menyembunyikan berita tentang dirinya.
Charles sendiri bisa membuat saya
mengaguminya dan di saat bersamaan ngerasa takut sama tatapan matanya. Kalem-kalem
ngglenyem gitu lho. Dia kelihatan baik-baik aja secara fisik dan hidup normal,
tapi kakanya cerita kalau dia dulunya punya semacam trauma karena pernah kecelakaan
dan nyaris ‘lewat’, makanya dia disayang banget sama ortu dan kakaknya. Nggak tahunya
kejadian itu sedikit banyak menginvestasikan untuk perbuatan yang dilakukannya
saat dewasa. Tapi Charles ini orangnya menyenangkan dan suka bercanda juga.
Ibunya Charlie sekaligus kakak
kandung Charles ini juga merupakan ibu yang bisa diandalkan oleh seluruh
anggota keluarganya. Perasaannya sangat dijaga sekali. Pokoknya nggak ada
kurang ajar sama dia, dan memang contoh yang bagus tuh. Kejadian konyol terjadi
saat para detektif, yang menyamar menjadi wartawan berpura-pura mau mengambil
gambar ibu Charlie saat sedang membuat kue. Tapi si wartawan bete, karena si
ibu bersikeras kalau proses pembuatan kuenya harus difoto saat dia memasukkan
telur ke adonan tepung, tapi adonannya harus diaduk dulu dengan perlahan dan
hati-hati. Lagian ngapain harus nunggu masukin telur baru difoto? Kan sama aja
judulnya bikin kue. Belum lagi pas mereka batal wawancara gara-gara ulah si
Charles, mereka bilang sama si ibu kalau besok masih bisa kok foto bikin kue
lagi, tapi ibu bilang kalau besok dia nggak mood bikin kue, jadi harus hari
itu. Ngakak deh.
Ayahnya Charlie ini tipe
bapak-bapak yang mukanya sok serius tapi sebetulnya kocak. Dia kerja di bank,
tapi suka baca cerita tentang kasus pembunuhan. Malah dia punya temen yang
selalu datang berkunjung ke rumahnya saat orang rumah lagi pada makan malam. Seringnya
dicuekin gitu tapi nggak kapok. Nah ayahnya Charlie sering diskusi sama
temennya ini tentang cara membunuh orang. Yang satu bilang bahwa bunuh ya bunuh
aja, ngapain pake trik yang ribet, itu mau berkreativitas atau bunuh orang
sebenernya? Dan yang satu berpendapat bahwa pentingnya trik dalam pembunuhan
adalah karena pelaku harus menyembunyikan identitasnya dari para polisi, jangan
sampai ada petunjuk yang membuatnya dijadikan tersangka. Hobi ayahnya Cahrlie
ini sangat berbading terbalik ya, dengan dunia bank tempatnya kerja. Pokoknya setiap
percakapan ayah Cahrlie dan temennya yang nggak tahu malu ini, pasti saya
ngakak.
Ada satu scene stealer di film
ini yang saya suka banget. Adiknya Charlie yang cewek, namanya Ann. Dia ini
nggak kalah cerdas dibandingkan kakaknya. Hobinya baca buku dan punya target
baca sekian buku dalam waktu tertentu. Bahkan saat ada telepon dan dia sedang
membaca sambil makan, yang digeletakin begitu aja adalah makanannya, dan dia
ngejawab telepon sambil tetep baca buku. Tipe anak yang menyebalkan sekaligus
ngegemesin.
Sisi psikologis banyak bermain
dalam film ini. Semua karakter punya khas dan latar belakang psikologi atas
segala yang mereka perbuat. Dan yang disorot di sini terutama adalah koyaknya
kepercayaan Charlie pada pamannya. Bayangin, om (enggak pakai telolet ya) yang
sangat kita idolakan, eh, ternyata seorang pembunuh. Gimana perasaan kita? Antara
takut, nggak percaya, gemes, gelisah, ah, pokonya nggak akan karuan rasanya. Apalagi
saat kita harus menyembunyikan kenyataan itu dari anggota keluarga yang lain.
Makanya, Jack, yang belum bisa
menangkap Charles karena tidak ada bukti, menyarankan pada Charlie untuk
meminta pamannya pergi sehingga dia tidak akan ditangkap di hadapan ibunya. Tapi
paman Charles menolak dan malah ingin menetap bersama mereka. Suatu saat datang
kabar bahwa telah ditemukan sang pembunuh para janda, namun sayangnya dia kabur
dan mati ketabrak kereta. Charles terlihat lega, tetapi Charlie tetap tidak
percaya. Ada banyak bukti bahwa memang pamannya lah pelakunya.
Eh, tapi Charlie kaget saat Charles
tiba-tiba mau pulang ke kotanya besok naik kereta api tut tut tut. Mereka sekeluarga
mengantar ke stasiun. Terlihat jelas perbedaan ekspressi wajah Charlie saat
menjemput pamannya beberapa waktu lalu, dan saat mengantarkannya pergi. Charlie
kelihatan penuh beban. Oke banget lah aktingnya. Nah Charlie saat itu ikut
mengantar sampai naik ke gerbong. Dan dia ditahan tidak boleh turun oleh
Charles sampai kereta berjalan cepat. Charles membawa Charlie ke pintu kereta
dan berniat menjatuhkannya. Di sini saya terkejut lagi lho, betapa si paman ini
begitu takut ketahuan sampai merasa harus melenyapkan keponakannya.
Apa Charlie mati? Saya kasih tahu
di spoiler nih..
Spoiler alert
Charlie tahu bahwa apa yang
dikatakan detektif Jack padanya adalah benar dari sobekan koran yang
disembunyikan Charles. Charlie sampai lari-larian ke perpustakaan untuk mencari
koran yang masih utuh. Ada berita tentang pembunuh buron yang sudah menewaskan tiga
orang janda. Kalau bukan pamannya yang melakukan, untuk apa potongan koran itu
disembunyikan hayo?
Lalu dari cincin zamrud yang
diberikan pamannya padanya. Di dalamnya ada inisial asing yang bukan nama
Charlie, tetapi pamannya berdalih bahwa dia ditipu oleh penjualnya. Charlie
jadi curiga bahwa cincin mahal itu adalah barang milik salah seorang janda kaya
yang dibunuhnya.
Setelah Charlie mengetahuinya,
pamannya malah berfilosofi bahwa kehidupan itu tidak seindah bayanganmu, atau
sepertinya begitu, pokoknya dia berfilosofi tentang hidupnya yang bertentangan
dengan imejnya selama ini. Namun lebih jauh Charles juga nekat mencelakakan
keponakannya beberapa kali. Seperti membuat Charlie jatuh dari tangga, sampai
mengurungnya di garasi yang saat itu mobilnya tengah menyala dan mengeluarkan
banyak asap.
Sayangnya percobaan pembunuhan
dengan menyamarkannya menjadi kecelakaan itu gatot. Dan cara terakhir ditempuh
Charles dengan membunuh Charlie langsung. Di depan pintu kereta api ang
berjalan semakin cepat, dia berusaha menjatuhkan Charlie ke rel. Tetapi Charlie
berontak, dan berkutat dengan pamannya. Sampai akhirnya, justru uncle Charles
lah yang terdorong keluar dari kereta api, tepat saat kereta lain meluncur dari
arah berlawanan. Charles otomatis tertabrak kereta itu dan mati seketika.
Masih ingat, tentang kabar bahwa
pembunuh janda sudah ditemukan tewas karena tertabrak kereta? Bener-bener
kejadian, kan?
Apakah betul sebuah kebetulan,
atau ramalan?
7 bintang untuk Shadow of a Doubt
!!
0 comments:
Post a Comment