Review Film : Shadow of a Doubt (1943)

Friday, 27 January 2017



Director: Alfred Hitchock
Writer: Thornton Wilder (screenplay), Sally Benson (screenplay)
Rating: PG
Genre: Classic, Drama, Mystery, Suspense
Stars: Teresa Wright, Joseph Cotten, Sally Benson
Ratings:
IMDb: 8/10
Rotten Tomatoes: 8,9/10
PordNiar: 7/10







Sinopsis

Seorang gadis remaja bernama Charlotte “Charlie” Newton lagi bosen banget sama hidupnya yang gitu-gitu aja. Bangun, makan, tidur, bangun, makan, tidur, dan gitu aja terus sampai bumi berbentuk segitiga.

Nah, suatu ketika, dia kepikiran sama pamannya yang tinggal di luar kota bernama Charles “Charlie” Oakley. Mereka emang deket banget dari si Charlotte masih kecil. Nama panggilan mereka aja sama. Makanya setelah ini saya bakalan nyebut Charlotte dengan nama Charlie, sementara pamannya kita panggil Charles aja ya..



Saking deketnya paman dan keponakan ini, si Charlie ngerasa dia tahu segala hal tentang pamannya. Bahkan mengira mereka punya semacam telepati. Soalnya nih, ketika dalam kebosanan tak berujungnya, Charlie kepikiran buat mengundang Charles untuk berkunjung ke rumah mereka. Eh, nggak tahunya, sesaat setelah kepikiran, dia dapet telegram kalau Charlie memang berniat liburan ke rumahnya. Itu beneran telepati, atau cuma kebetulan?

Tapi mungkin juga bukan keduanya, sih. Karena Charles sepertinya punya tujuan tersembunyi  jauh-jauh dateng ke rumah kakak perempuannya. Makin lama Charles tinggal bareng Charlie dan keluarga, makin Charlie merasakan keanehan pada pamannya itu.

Charlie jadi bertanya-tanya, apa dia bener-bener ‘mengenal’ paman kesayangannya itu? makin ragu-ragulah Charlie begitu muncul juga detektif ganteng yang selain memporak-porandakan hatinya, juga mengguncang rasa kepercayaannya pada sang paman.




Review


Film ini baru aja ditonton kemarin. Memang nyari film-filmnya master of suspense kan rada gampang-gampang susah. Dan dari sekitar lima puluh tiga filmnya, saya baru nonton sepuluh biji doang.



Ini film jadul dan masih hitam putih. Bercerita tentang Charlie yang diperankan si manis Teresa Wright sebagai remaja cerdas yang kritis banget. Bayangin aja, masih remaja dia udah mikirin betapa bosan hidupnya. Kalau saya mah bakal menikmati aja selagi masih bisa menikmati. Kalau nggak bisa dibilang ndableg. Haha.



Charlie berpikir bahwa akan sangat asyik kalau sang paman ada bersamanya dan berbagi banyak kisah hidupnya. Charlie merasa bahwa hidup pamannya penuh pengalaman dan menantang. Singkat cerita, si paman datang, pamannya dari desa, dibawakannya rambutan pisang dan sayur mayur segala rupa (?) malah nyanyi.



Sebenarnya paman Charlie nggak bawa pisang apalagi sayur mayur, dia cuma bawa dirinya dengan kemisteriusan tampangnya yang boleh dibilang keren buat ukuran paman-paman. Kesan itu disampaikan dengan baik oleh Joseph Cotten. Memang terlihat seperti sosok paman idaman yang baik hati. Salah satu adegan paling memorable adalah ekspresi Charlie saat menjemput Charles di stasiun kereta api. Kelihatan sumringah banget, bahkan mungkin jauh lebih excited daripada kalau dia ketemu Park Bo Gum di Jakarta, atau Rain sama bininya di Bali.



Dari awal film memang udah dikasih tahu tentang si paman yang suka menggaet janda-janda kembang kaya raya dan diporotin duitnya, dan setelah itu dibunuh. Ini yang saya setujui dari pemikiran Hitchcock, twist itu fungsinya mengejutkan sesaat, sedangkan suspense menyita lebih banyak waktu dan detak jantung yang bertalu-talu. Penonton dibiarkan tahu apa yang tengah disembunyikan Charles dari keluarga kakaknya, dan terutama dari keponakannya; Charlie. Setelah itu, sepak terjang Charles dan kecurigaaan Charlie membuat penonton justru makin penasaran.



Katanya, ini film Hitchcock yang amerika banget, meski nama-nama tokohnya itu ya inggris banget. Memotret kehidupan keluarga middle-class dengan beberapa sisipan black comedy di dalamnya. Charlie yang awalnya percaya dan bahkan memuja Charles setengah mati pun akhirnya meragu. Masa sih, uncle Charlie kebanggaannya bisa membunuh manusia?



Kecurigaan Charlie bermula dari datangnya dua orang semacam wartawan yang mau mewawancarai keluarganya. Mereka bersikeras untuk ikut mewawancarai paman Charles, padahal sang paman nggak sudi banget, difoto aja dia ogah.



Lalu salah satu pewawancaranya bernama Jack Graham, diperankan dengan ganteng oleh Macdonald Carey, mengajak Charlie hangout dan lantas memberitahu kecurigaannya pada sang paman. Charlie pun tahu kalau ternyata Jack adalah detektif yang sedang memburu pembunuh tiga janda kaya di kota sebelah. Dan mereka curiga jika paman Charles lah pelakunya. Pertamanya sih, Charlie ngambek dan nggak terima pamannya dituduh. Tapi setelah mengingat-ingat segala keanehan sikap pamannya selama ini, dia jadi bimbang. Dia takut untuk percaya bahwa Charles melakukan kejahatan, tetapi kenyataan di sekitarnya seolah membenarkan hal itu.



Kemudian suatu saat Charlie nekat menanyakan kecurigaannya pada Charles. Dan sejak itu, Charlie selalu kena apes dan nyaris celaka di rumahnya sendiri. Well, Charlie, setidaknya kehidupanmu nggak ngebosenin lagi kan? ada semacam pemicu buat adrenalinmu gitu..

Tempo film ini sedang, nggak terlalu lambat ataupun cepat, dan nggak ngebosenin juga, enjoy lah nontonnya. Apalagi karakter-karakternya khas dan kuat serta menarik banget.



Ada Chalie tentu saja yang cantik, cerdas, dan berani banget lah menurut saya. Tipe kakak tertua yang menghormati sekali orangtuanya jadi panutan adek-adek pula, meskipun banyak mengeluh tentang kehidupan dan bukan tipe yang terlalu patuh. Selalu ikutan seneng pas dia lagi happy atau bersemangat, senyumnya manis. Saya agak kaget waktu Charlie dengan mudah dan cepatnya mengetahui bahwa Charles sengaja merusak koran sang ayah untuk menyembunyikan berita tentang dirinya.



Charles sendiri bisa membuat saya mengaguminya dan di saat bersamaan ngerasa takut sama tatapan matanya. Kalem-kalem ngglenyem gitu lho. Dia kelihatan baik-baik aja secara fisik dan hidup normal, tapi kakanya cerita kalau dia dulunya punya semacam trauma karena pernah kecelakaan dan nyaris ‘lewat’, makanya dia disayang banget sama ortu dan kakaknya. Nggak tahunya kejadian itu sedikit banyak menginvestasikan untuk perbuatan yang dilakukannya saat dewasa. Tapi Charles ini orangnya menyenangkan dan suka bercanda juga.



Ibunya Charlie sekaligus kakak kandung Charles ini juga merupakan ibu yang bisa diandalkan oleh seluruh anggota keluarganya. Perasaannya sangat dijaga sekali. Pokoknya nggak ada kurang ajar sama dia, dan memang contoh yang bagus tuh. Kejadian konyol terjadi saat para detektif, yang menyamar menjadi wartawan berpura-pura mau mengambil gambar ibu Charlie saat sedang membuat kue. Tapi si wartawan bete, karena si ibu bersikeras kalau proses pembuatan kuenya harus difoto saat dia memasukkan telur ke adonan tepung, tapi adonannya harus diaduk dulu dengan perlahan dan hati-hati. Lagian ngapain harus nunggu masukin telur baru difoto? Kan sama aja judulnya bikin kue. Belum lagi pas mereka batal wawancara gara-gara ulah si Charles, mereka bilang sama si ibu kalau besok masih bisa kok foto bikin kue lagi, tapi ibu bilang kalau besok dia nggak mood bikin kue, jadi harus hari itu. Ngakak deh.



Ayahnya Charlie ini tipe bapak-bapak yang mukanya sok serius tapi sebetulnya kocak. Dia kerja di bank, tapi suka baca cerita tentang kasus pembunuhan. Malah dia punya temen yang selalu datang berkunjung ke rumahnya saat orang rumah lagi pada makan malam. Seringnya dicuekin gitu tapi nggak kapok. Nah ayahnya Charlie sering diskusi sama temennya ini tentang cara membunuh orang. Yang satu bilang bahwa bunuh ya bunuh aja, ngapain pake trik yang ribet, itu mau berkreativitas atau bunuh orang sebenernya? Dan yang satu berpendapat bahwa pentingnya trik dalam pembunuhan adalah karena pelaku harus menyembunyikan identitasnya dari para polisi, jangan sampai ada petunjuk yang membuatnya dijadikan tersangka. Hobi ayahnya Cahrlie ini sangat berbading terbalik ya, dengan dunia bank tempatnya kerja. Pokoknya setiap percakapan ayah Cahrlie dan temennya yang nggak tahu malu ini, pasti saya ngakak.



Ada satu scene stealer di film ini yang saya suka banget. Adiknya Charlie yang cewek, namanya Ann. Dia ini nggak kalah cerdas dibandingkan kakaknya. Hobinya baca buku dan punya target baca sekian buku dalam waktu tertentu. Bahkan saat ada telepon dan dia sedang membaca sambil makan, yang digeletakin begitu aja adalah makanannya, dan dia ngejawab telepon sambil tetep baca buku. Tipe anak yang menyebalkan sekaligus ngegemesin.



Sisi psikologis banyak bermain dalam film ini. Semua karakter punya khas dan latar belakang psikologi atas segala yang mereka perbuat. Dan yang disorot di sini terutama adalah koyaknya kepercayaan Charlie pada pamannya. Bayangin, om (enggak pakai telolet ya) yang sangat kita idolakan, eh, ternyata seorang pembunuh. Gimana perasaan kita? Antara takut, nggak percaya, gemes, gelisah, ah, pokonya nggak akan karuan rasanya. Apalagi saat kita harus menyembunyikan kenyataan itu dari anggota keluarga yang lain.



Makanya, Jack, yang belum bisa menangkap Charles karena tidak ada bukti, menyarankan pada Charlie untuk meminta pamannya pergi sehingga dia tidak akan ditangkap di hadapan ibunya. Tapi paman Charles menolak dan malah ingin menetap bersama mereka. Suatu saat datang kabar bahwa telah ditemukan sang pembunuh para janda, namun sayangnya dia kabur dan mati ketabrak kereta. Charles terlihat lega, tetapi Charlie tetap tidak percaya. Ada banyak bukti bahwa memang pamannya lah pelakunya.



Eh, tapi Charlie kaget saat Charles tiba-tiba mau pulang ke kotanya besok naik kereta api tut tut tut. Mereka sekeluarga mengantar ke stasiun. Terlihat jelas perbedaan ekspressi wajah Charlie saat menjemput pamannya beberapa waktu lalu, dan saat mengantarkannya pergi. Charlie kelihatan penuh beban. Oke banget lah aktingnya. Nah Charlie saat itu ikut mengantar sampai naik ke gerbong. Dan dia ditahan tidak boleh turun oleh Charles sampai kereta berjalan cepat. Charles membawa Charlie ke pintu kereta dan berniat menjatuhkannya. Di sini saya terkejut lagi lho, betapa si paman ini begitu takut ketahuan sampai merasa harus melenyapkan keponakannya.



Apa Charlie mati? Saya kasih tahu di spoiler nih..



Spoiler alert


Charlie tahu bahwa apa yang dikatakan detektif Jack padanya adalah benar dari sobekan koran yang disembunyikan Charles. Charlie sampai lari-larian ke perpustakaan untuk mencari koran yang masih utuh. Ada berita tentang pembunuh buron yang sudah menewaskan tiga orang janda. Kalau bukan pamannya yang melakukan, untuk apa potongan koran itu disembunyikan hayo?



Lalu dari cincin zamrud yang diberikan pamannya padanya. Di dalamnya ada inisial asing yang bukan nama Charlie, tetapi pamannya berdalih bahwa dia ditipu oleh penjualnya. Charlie jadi curiga bahwa cincin mahal itu adalah barang milik salah seorang janda kaya yang dibunuhnya.



Setelah Charlie mengetahuinya, pamannya malah berfilosofi bahwa kehidupan itu tidak seindah bayanganmu, atau sepertinya begitu, pokoknya dia berfilosofi tentang hidupnya yang bertentangan dengan imejnya selama ini. Namun lebih jauh Charles juga nekat mencelakakan keponakannya beberapa kali. Seperti membuat Charlie jatuh dari tangga, sampai mengurungnya di garasi yang saat itu mobilnya tengah menyala dan mengeluarkan banyak asap.



Sayangnya percobaan pembunuhan dengan menyamarkannya menjadi kecelakaan itu gatot. Dan cara terakhir ditempuh Charles dengan membunuh Charlie langsung. Di depan pintu kereta api ang berjalan semakin cepat, dia berusaha menjatuhkan Charlie ke rel. Tetapi Charlie berontak, dan berkutat dengan pamannya. Sampai akhirnya, justru uncle Charles lah yang terdorong keluar dari kereta api, tepat saat kereta lain meluncur dari arah berlawanan. Charles otomatis tertabrak kereta itu dan mati seketika.



Masih ingat, tentang kabar bahwa pembunuh janda sudah ditemukan tewas karena tertabrak kereta? Bener-bener kejadian, kan?



Apakah betul sebuah kebetulan, atau ramalan?

7 bintang untuk Shadow of a Doubt !!

0 comments: