Review Film : The Girl on the Train (2016)

Friday, 13 January 2017





Director: Tate Taylor
Writer: Erin Cressida Wilson (screenplay), Paula Hawkins (novel)
Rating: R (for violance, sexual content, language and nudity)
Genre: Drama, Mystery, Suspense
Stars: Emily Blunt, Haley Bennett, Rebecca Ferguson
Ratings:
IMDb: 6,6/10
Rotten Tomatoes: 5,3/10

PordNiar: 6,5/10







Sinopsis


Rachel Watson mengawali rutinitas hariannya dengan menjadi salah satu penumpang di kereta api menuju tempatnya bekerja. Rute perjalanan kereta yang melewati kompleks perumahan di pesisir, membuat Rachel kerap memerhatikan rumah-rumah tersebut beserta penghuninya. Meskipun tak kenal, ia bahkan memberikan nama fiktif untuk pasangan suami istri yang selalu terlihat mesra itu. Rachel tidak punya ide jika nama pasangan itu yang sebenarnya adalah Scott dan Megan Hipwell.

Tak mengherankan, karena Rachel punya sejarah tak menyenangkan dengan pasangannya, hingga membuatnya tanpa sadar turut larut bahagia dengan keromantisan pasangan yang selalu dilihatnya setiap hari melalui kereta api.

Ada pula satu pasangan lain dalam kompleks perumahan yang sama, yang selalu membuat Rachel memandangnya penuh iri. Mereka adalah pasangan Tom dan Anna Watson, serta si kecil Evie.



Tetapi suatu saat, Rachel menyaksikan Megan sedang mencium orang lain yang bukan Scott. Rachel merasa tersakiti. Ia benci sekali dengan sebentuk perselingkuhan. Namun tak sampai di situ, karena beberapa hari setelah itu, ia membaca kabar tentang menghilangnya seorang wanita yang tak lain adalah Megan Hipwell.

Jantung Rachel segera berpacu cepat. Karena malam saat Megan hilang, nyatanya ia sedang berada di kompleks perumahan tersebut, dalam kondisi mabuk ia mendatangi Tom Watson, mantan suaminya. 

Kelebatan peristiwa hilir mudik dalam kepalanya. Rachel melihat bayangan peristiwa di rel kereta api, Evie yang menagis, Anna Watson dengan pandangan tak sukanya, serta darah di kepala dan tubuhnya.

Apa yang sebenarnya terjadi, tak bisa diingat Rachel dengan baik. Namun ia merasa, ingatan yang pudar itu erat kaitannya dengan menghilangnya Megan Hipwell. 

Apakah dia mati?




Review



Saya membaca bukunya terlebih dahulu dibanding menonton filmnya. Novel drama misteri thriller ini merupakan debut dari penulisnya, Paula Hawkins, dan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh salah satu penerbit besar di sini. Memilih membaca ini karena hype nya cukup besar di media sosial. Syukurlah media sosial tetap bermanfaat menyediakan informasi buku dan film yang keren. Tidak semua yang berhubungan dengan medsos itu sucks.

Well, saya tidak akan membandingkan buku dengan filmnya, karena memang punya kekuatan sendiri-sendiri. Yang pasti The Girl on the Train tetap memberikan satu perasaan dan kesan yang sama bagi saya jika meliputi seluruh konten ceritanya.

Paula Hawkins

Film ini memilik tiga sudut pandang dari Rachel, Megan, dan Anna. Pada awalnya, keberadaan mereka seakan terpisah dan nyaris tak terlihat hubungannya. Namun cerita menggulirkan bahwa ketiganya punya keterkaitan yang erat. Keberadaan satu orang menimbulkan sebab akibat bagi dua yang lain.

Rachel (Emily Blunt), maniak vodka yang bahkan menenggaknya kapanpun ia ingin secara tak kenal waktu, mulai masuk dalam dunianya sendiri saat duduk sendirian di dalam kereta. Tak ada orang yang cukup normal mau duduk dan berdekatan dengannya. Rachel semacam punya aura yang buruk menguar di sekitarnya. Penampilannya payah dan benar-benar menyedihkan.

Rachel Watson

Ia mulai mengidolakan pasutri yang hanya dilihatnya dari jauh, bernama Scott Hipwell (Luke Evans) dan Megan Hipwell (Haley Bennett). Pernikahan seperti mereka lah yang diidamkan Rachel selama ini. Belakangan diketahui jika Rachel bercerai dengan suaminya dengan cara yang tidak baik. Dulu, rumah di sebelah rumah pasangan Scott dan Megan adalah rumahnya bersama Tom Watson (Justin Theroux). Dan kini Tom tetap meninggalinya dengan istri baru serta anak perempuan yang lucu. Jelas hal itu membuat Rachel kecewa berat, ia bahkan tidak merubah nama belakangnya setelah berpisah dari Tom. Kebahagiaan tak lagi bersama Rachel. Dan wanita itu ingin jika Scott dan Megan akan terus mesra selamanya.



Tetapi hal itu sepertinya hanya ada dalam pandangan mata sekilas milik Rachel. Karena Megan sendiri yang merasakan betapa hubungannya dengan Scott tidak sebahagia kelihatannya. Bayang-bayang masa lalu terus menghantui kehidupan Megan dengan Scott. Pria itu baik, terlalu baik malah, tetapi Megan tak memiliki perasaan sekuat perasaan Scott padanya. Maka ia mulai menghibur diri dengan berkerja sebagai pengasuh bayi di rumah Tom dan Anna Watson (Rebecca Ferguson). Namun rupanya tak bertahan lama, Megan memutuskan untuk berhenti.

Megan Hipwell


Wanita itu kemudian tak tahan dengan tekanan batin yang dideritanya, juga dengan kehidupannya yang sebenarnya tidak bahagia. Megan mulai berkonsultasi dengan psikiater bernama Kamal Abdic (Edgar Ramirez) dan memiliki indikasi ketertarikan seksual dengan dokter tersebut. Dan nyatanya, Kamal lah yang dilihat oleh Rachel sedang berciuman dengan Megan di rumahnya saat Scott sedang tidak berada di tempat.

Scott Hipwell


Rachel yang kondisi mentalnya boleh dibilang tidak stabil, sangat tidak terima jika memang benar Megan dan Kamal berselingkuh. Karena penyebab perceraiannya dengan Tom adalah karena lelaki itu berselingkuh dengan Anna. Sejak itu Rachel selalu tanpa sadar datang ke rumah mereka dan mencari gara-gara. Yang membuat Anna sangat resah adalah bahwa mantan istri suaminya itu pernah berusaha menculik Evie, namun Rachel beralasan bahwa ia hanya ingin menggendong saja.

Anna Watson


Bisa dibilang, Anna membutuhkan bantuan untuk menjaga Evie. Makanya itu lega saat tetangganya, Megan, bersedia untuk menjadi pengasuh bagi bayinya. Meskipun tidak begitu suka, Anna percaya pada Megan. Hingga saat wanita itu meminta berhenti dari pekerjaannya, Anna sedikit kecewa. Dia sangat kaget saat beberapa waktu sesudahnya, Megan dilaporkan menghilang.



Unsur drama psokologis di film ini sangat kental. Mulai dari hancurnya Rachel selepas perceraiannya, perasaan Anna sebagai wanita yang merebut suami orang lain serta ketakutannya yang sangat besar akan kehilangan Tom dan anaknya. Juga kondisi Megan yang terlihat bahagia dari luar, tetapi sebenarnya rusak dan sakit dari dalam. Mereka bertiga memiliki penderitaannya masing-masing dari kisah masa lalu mereka, serta masa-sama mencemaskan akan masa depan, hingga tak jarang melakukan sesuatu yang impulsif yang berakibat fatal.

Tom Watson


Konflik utama film ini ada pada misteri hilangnya Megan Hipwell di suatu malam. Banyak anggapan bahwa ia kabur, sampai dibunuh. Dan beberapa orang pun masuk dalam daftar calon tersangkanya. Sebut saja Scott, suaminya sendiri, hingga dokter pribadinya, Kamal Abdic.



Dan saksi kunci yang tak disangka-sangka akan terlibat adalah Rachel. Tetapi benarkah ia hanya sebatas saksi kunci? Karena pada malam hilangnya Megan, alibi Rachel tidak pasti, ia sendiri bahkan tak bisa ingat apa yang dilakukannya di perumahan itu malam-malam.



Banyak motif bertebaran, dimiliki oleh orang terdekat dan bahkan yang nyaris tidak ada hubungan langsung dengan Megan. Apa yang sebenarnya terjadi? Di mana Megan?

Alur cerita dalam versi film memang tidak terlalu lambat, dengan beberapa plot twist yang cukup mengejutkan. Sedang yang terjadi di bukunya adalah alur dengan pace yang lambat tapi mampu membangun latar belakang serta suasana yang semakin intens menjelang ending. Namun saya merasa ketegangan dan rasa penasaran yang dibangun Hawkins dari awal cerita, anjlok dengan ending yang tidak terlalu greget. Seolah para tokohnya kalem-kalem saja mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kurang thrill sih, jadi suspense nya menurut saya nggak terlalu dapat. Meski saya menganggap twistnya lumayan.



Ada sedikit perbedaan dari versi novel kalau saya tidak salah ingat, lho. Di sini ditambahkan adegan Rachel bertemu orang dari masa lalunya di dalam kereta api, yang membongkar hal penting yang terjadi. Masuk akal juga sih, karena versi film tentunya lebih membutuhkan penjelasan yang singkat akan sebuah peristiwa.



Saya mulai mengenal Emily Blunt di film The Devil Wears Prada, di sana dia jadi sekretaris menyebalkan Miranda Priestly. Selain fisik yang agak berbeda dari yang digambarkan di novel; diceritakan Rachel tidak menarik dengan kelebihan berat badan, saya merasa Emily cukup pas mewakili karakter Rachel yang depresi dan susah move on dari masa lalunya. Dan memang sih, dibandingkan dengan Megan atau Anna, si Rachel ini yang paling tidak menarik. Oh ya, ada si cakep Luke Evans juga di sini. Udah kepengen lihat dia juga nih di Beauty and The Beast.



Yang jelas, film ini lumayan oke. Berhasil mengajak otak muter-muter sebelum merangkai satu titik temu yang berwujud kebenaran. Tapi memang kurang ngethrill dan menegangkan. 

Nah, saatnya bagian sopiler nih, buat yang mau nonton ya nggak usah dibaca.



Spoiler alert !!



Rumah tangga Rachel dan Tom memang tidak berjalan lancar. Rachel yang belum juga hamil membuatnya resah. Lalu dia semakin kesal saat tahu Tom berselingkuh darinya. Namun Tom beralasan jika dia tak tahan dengan Rachel lantaran wanita itu kasar dan bisa mengamuk di waktu-waktu tertentu. Bahkan, Tom sangat marah saat dia dipecat dari pekerjaannya gara-gara Rachel mengamuk di pesta yang diadakan boss Tom. Mereka lalu bercerai. Tom menikahi selingkuhannya, dan Rachel memulai hidup menyedihkannya.

Rachel pun selama ini sudah dipecat dari pekerjaannya karena ketergantungannya akan alkohol. Namun pada Chaty, temannya di mana Rachel menumpang tinggal, mengatakan bahwa dia masih bekerja. Padahal selama ini Rachel hanya pergi ke kota naik kereta api, hanya untuk keluyuran tidak jelas dan kemudian pulang.



Di suatu malam saat dia mabuk berat, Rachel berjalan ke kompleks perumahan tempat tinggal Tom. Setelah melihat rumahnya, dia pergi ke dekat rel kereta api dan tak disangka, bertemu dengan Tom. Pria itu sedang bersama seorang wanita yang semula ia anggap adalah Anna. Saat itu Tom mendekatinya dan mengusirnya. Setelah Rachel sadar, Tom mengatakan bahwa saat bertemu dengannya, Rachel mengamuk dan memukul Tom.



Tetapi tidak begitu kejadiannya. Wanita yang bersama Tom malam itu bukanlah Anna tetapi Megan. Mereka berniat pergi ke suatu tempat. Namun Rachel yang mabuk kebetulan menyaksikan semuanya, hingga Tom terpaksa mendekatinya. karena Rachel tidak stabil dan dianggap mengganggu, Tom mendorong dan memukul kepalanya higga pingsan. Ia kemudian melanjutkan pergi dengan Megan.



Dalam anggapan Rachel sesudahnya, ia telah bertindak kasar pada Tom, sama seperti yang terjadi selama pernikahan mereka. Tetapi dia salah. Nyatanya Tom lah yang kasar dan senang memukul. Rachel lantas tahu kebenarannya saat dia bertemu dengan mantan bos Tom yang mengatakan bahwa bukan salahnya lah Tom dipecat. Itu murni kesalahan Tom yang tidak peduli dengan pekerjaannya dan malah sibuk meniduri banyak wanita termasuk rekan kerjanya.



Ketika itulah Rachel pun kembali ingat segalanya. Bahwa selama ini ia telah dimanfaatkan oleh Tom, karena ketergantungannya pada alkohol, Rachel seringkali mabuk dan tidak mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya. Dia selalu percaya pada Tom yang memutarbalikkan cerita tentang dirinya. Bahkan kali ini pun Tom masih melakukannya. Dia berusaha meyakinkan Rachel bahwa wanita itulah yang kasar malam itu. Padahal adalah sebaiknya. Dan kejadian malam itu di rel sekaligus mengungkap perselingkuhan Tom dengan Megan selama Megan menjadi pengasuh di rumahnya. Dan bukannya Scott dan Kamal yang bersalah saat kemudian mayat Megan ditemukan di hutan. Semuanya adalah perbuatan Tom.



Malam itu, Megan ingin mengatakan pada Tom bahwa dia sudah hamil hasil perselingkuhan mereka. Tetapi Tom tidak menginginkannya dan meminta Megan menggugurkannya. Megan yang pernah kehilngan anak karena keteledorannya, tak bisa melakukan itu. Ia mendesak Tom untuk bertanggung jawab dan mengancam akan membeberkan semuanya pada Scott dan Anna. Tom menjadi panik dan gelap mata, hingga pada akhirnya membunuh Megan.



Setelah tahu semuanya, Rachel datang ke rumah Tom dan Anna untuk memberitahu Anna. Sayangnya, Tom ada di rumah dan menyekapnya di dalam rumah. Anna yang sudah menaruh curiga pada Tom karena pernah menemukan pesan-pesan dari Megan di ponselnya, tak bisa berbuat banyak karena Tom memegang bayi mereka. Anna pun diam saat Tom mencoba menghabisi Rachel. Namun beruntung, setelah adegan kejar-kejaran yang tidak seberapa, Rachel berhasil melumpuhkan Tom dengan menusukkan alat pembuka botol wine ke leher Tom.

Anna kemudian keluar dari rumah dan mendekati Tom, tetapi ia tidak menolong malah kembali menusukkan alat itu lebih dalam ke leher Tom, hingga pria itu kemudian mati. Dalam keterangannya pada pihak kepolisian, kedua wanita itu mengaku bahwa penusukan itu lantaran bentuk pembelaan diri dari Rachel yang nyawanya terancam. Dan setelah itu, Anna berusaha menolong Tom tetapi terlambat karena Tom sudah keburu mati.



Kebenaran yang sebenarnya hanya diketahu oleh dua wanita yang sama-sama sudah tersakiti oleh seorang pria brengsek bernama Tom Watson.

Untuk film ini, saya sematkan 6,5 bintang.



0 comments: