Director: Lynne Ramsay
Writer: Lionel Shriver
(novel), Lynne Ramsay & Rory Stewart (screenplay)
Rating: R (for disturbing
violence and behaviour, some sexuality and language)
Genre: Drama & Thriller
Stars: Tilda Swinton, John C.
Reilly, Ezra Miller
Ratings:
IMDb: 7,5/10
Rotten Tomatoes: 7,4/10
PordNiar: 7/10
Sinopsis
Seorang wanita bernama Eva yang
hidup sebatang kara terus dihantui mimpi buruk. Saat terbangun, ia selalu
menemukan darah yang memenuhi barang-barang di rumahnya; baik itu kaca mobil,
dinding rumah, lantai rumah, bahkan sekujur tubuhnya sendiri. Berkali-kali ia
berusaha membersihkan darah-darah itu.
Seluruh tetangga dan warga
sekitar yang ditemuinya memandangnya aneh dan seolah ngeri. Beruntung ia masih
mampu melanjutkan hidupnya dan mencoba mencari pekerjaan untuk menghidupi
dirinya. Setelah beberapa pekerjaan menolaknya, ia akhirnya diterima di sebuah perusaan
kecil sebagai copy writer.
Namun tetap saja, hal itu tak
merubah pandangan orang-orang di sekitar padanya, bahkan ada yang tidak
segan-segan untuk meninjunya di jalan. Mereka semua terlihat membencinya. Apa
yang sebetulnya sudah ia lakukan?
Mengapa benda-benda miliknya
selalu ditemukannya berlumuran darah? Dan ia dengan frustrasi membersihkannya
seolah sedang berusaha membersihkan dosa-dosanya. Tak ada yang pernah menyangka
bahwa ia dulunya adalah seorang wanita yang sempat memiliki keluarga. Ke mana perginya
keluarganya itu?
Okay, kali ini sepertinya, we
need to talk about Kevin.
Memilih film ini untuk ditonton
karena membaca salah satu review penonton. Premisnya cukup menjanjikan karena
mengusung tema psikologi. Tidak terlalu thrill dan tidak suspense karena
adegan-adegannya disajikan dengan halus dan implisit. Tidak akan menemukan
banyak kekerasan yang mengganggu di sini. Hanya lebih mencabik-cabik sisi
emosional para penonton.
Adegan awalnya dimulai dari
seorang wanita yang sedang berpesta dan melakukan segala hal yang bersifat hura-hura.
Salah satunya adalah tidur dengan kekasihnya yang kemudian membuatnya hamil. Konflik
dimulai di sini, saat seorang wanita dengan karir lumayan baik dan ingin
menghabiskan masa mudanya dengan menyenangkan dirinya, harus berakhir dengan
berbadan dua. Hal yang sama sekali di luar ekspektasinya.
Ia lantas melahirkan seorang anak
lelaki bernama Kevin. Kekasihnya tidak bisa selalu menemaninya karena pekerjaan
menuntutnya untuk lebih sering bekerja di luar. Si wanita mungkin tertekan
harus mengasuh bayinya sendirian. Apalagi, Kevin bayi terus menerus menangis
hingga si wanita kewalahan dalam menenangkannya. Well, sebetulnya mungkin ia
memang belum berpengalaman. Dan menjadi hal yang melegakan saat ayah Kevin pulang
dan mampu menenangkannya dengan mudah.
Dengan kecuekan ibunya, Kevin
tumbuh menjadi pribadi yang bisa dibilang bandel namun sebetulnya genius.
Sayangnya sang ibu tak bisa menangani anaknya dan bingung serta frustrasi
sendiri dengan tingkah Kevin, bahkan sampai ia pernah membantingnya hingga
patah tulang. Serius. Memang sih, si Kevin ini hobi sekali membuat ibunya
marah, bahkan sampai pernah mencoret-coret seluruh ruang kerja ibunya dengan
cat air. Tapi menyakiti anaknya sendiri sampai seperti itu? rasanya terlalu
kejam.
Terbiasa dengan sesuatu bukan berarti menyukainya. Itu perkataan
Kevin yang langsung menohok sang ibu. Anak itu merasa sang ibu peduli padanya
hanya karena ia sudah terbiasa. Kevin merasa selama ini ibunya tidak
menyukainya. Namun ia juga anak-anak yang membutuhkan kasih sayang ibunya,
sehingga melakukan hal-hal nakal untuk menarik perhatian ibunya.
Suatu hari, ibunya kembali
mengandung. Kali ini, mungkin karena sudah merasa lebih siap, wanita itu
terlihat sangat senang dengan kehamilan keduanya, yang kemudian lahir dengan
nama Celia. Tentu saja Kevin yang cerdas bisa membedakan perlakuan sang ibu
yang diterimanya sejak kecil dan perlakuan wanita itu sekarang pada Celia. Kevin
tahu bahwa dia dibedakan dan tak akan pernah mendapat kasih sayang ibunya
seutuhnya.
Mungkin sejak itulah Kevin mulai
membenci Celia dan ayahnya, yang lebih mendapatkan kasih sayang sang ibu
dibanding dirinya. Mungkin sejak itulah Kevin ingin menunjukkan pada ibunya
bahwa ia bisa melakukan sesuatu yang akan diperhatikan orang banyak.
Maka tragedi itu dimulai. Kevin
yang beranjak remaja tumbuh menjadi sosok yang sinis dan mengerikan. Dia bahkan
beberapa kali mencoba melukai adiknya, hanya untuk membuat ibunya merasa
khawatir. Suatu saat ketika ibunya bekerja, Kevin menciptakan panggungnya
sendiri di sekolah. Ia melakukan sesuatu yang besar yang membuat semua mata
tertuju padanya. Dan terutama, mata dan perhatian sang ibu yang sejak saat itu
tak pernah bisa lepas dari putera pertamanya itu.
Apa yang dilakukan Kevin sehingga
ibunya harus menanggung beban moral dan psikis yang tak akan pernah bisa habis?
Nantikan spoilernya sebentar lagi.
Well, ada beberapa adegan,
terutama yang melibatkan darah, sangat membuat saya mual. Beruntung bahwa film
ini berjalan smooth tanpa mengekspos kekerasan secara berlebihan. Begitu pula
sexual contennya yang tidak terlalu eksplisit.
Karakter yang disorot adalah Eva
dan tentu saja, Kevin. Tentang hubungan ibu dan anak yang tidak berjalan dengan
semestinya. Hal ini mungkin terjadi karena sang ibu sendiri memang belum siap
untuk memiliki seorang anak dan masih berkutat dengan stressnya karena
kehilangan masa muda yang gemilang. Tanpa ada siapapun yang membantu, ia tak
tahu bagaimana seharusnya merawat seorang anak. Bahkan di usia sekolah pun Kevin
masih memakai diapers lantaran ibunya tak pernah memberinya toilet trainning. Dan
saat rasa frustrasinya sedang tinggi, ia tentu saja akan melampiaskannya pada
sang anak; meneriakai, mendorong, bahkan memukul. Yang membuat Kevin mulai
menyerap segala perlakuan yang tak seharusnya ia dapatkan. Kevin menanamnya
dalam pikiran anak-anaknya yang akan ia ingat selamanya.
Sebagai ibu, Eva memang mengalami
guncangan psikologis. Logikanya, sikap seseorang akan berubah drastis saat dia
sudah memiliki anak, terdorong oleh sisi psikologisnya yang sudah merasakan
atau mengalami hal berbeda dalam proses memiliki anak tersebut. Tidak masalah
jika perubahannya itu ke arah yang baik, namun jika sebaliknya? Film ini bisa
menjadi gambarannya. Dari seorang wanita yang bebas dan melakukan segala hal
dengan sempurna, berubah dalam semalam dan seumur hidup menjadi sosok yang
pemurung, tertekan, dan seratus kali lipat terlihat tua dan lelah.
Namun belakangan, Eva mulai
menyadari kesalahannya pada Kevin dan ingin menebusnya dengan memberi perhatian
ekstra pada anak itu. Namun sayang, segalanya sudah terlambat. Kevin sudah
menjadi remaja yang sarkatis dan selalu menyindir perilaku ibunya dengan
kata-kata yang membuat ibunya terdiam.
Sedang dari sisi seorang Kevin, sukses
menjadi anak genius yang salah pola asuh, akibatnya kecerdasannya menjadi
sangat berbahaya. Ketika memeriksakan Kevin, dokter bilang bahwa Kevin adalah
anak yang istimewa, dia sudah pandai menghitung dan logikanya sudah jalan sejak
kecil. Tapi dia sepertinya sengaja menjadi nakal dan menjengkelkan di depan
ibunya demi penarik perhatian. Sejak kecil Kevin tahu ia tidak diinginkan oleh
ibunya.
Saya happy sekali waktu tahu
bahwa pemeran Kevin adalah Ezra Miller. Awalnya saya hanya memperhatikan judul
dan sinopsis cerita tanpa melihat daftar pemain. Saya suka Ezra sejak main
bareng Emma Watson di The Perks of Being a Wallflower. Di film itu dia jadi gay
tetapi imut dengan sikap yang seru dan menyenangkan. Dan di kehidupan nyata
juga dia merupakan sosok nyentrik yang kocak. Ezra mengingatkan saya akan
Johnny Depp.
Di film We Need to Talk about Kevin,
Ezra masih sangat remaja, belum gondrong, dan masih jadi brondong polos, dan
ganteng banget. Suka dengan tatapan matanya yang selalu tajam menghunus jika
menatap ibunya, serta senyuman miring sinis dan sok manisnya yang menurut saya
memang manis. Karakternya bikin gergetan antara gemes, sebal, dan mengerikan,
dan kasihan.
Secara keseluruhan film ini oke.
Alurnya maju mundur yang agak membuat bingung pada awalnya. Bagi saya film ini
belum memiliki ending walaupun credit title sudah berjalan dan layar sudah
diturunkan. Film ini hanya berjalan seperti kehidupan orang-orang lain. Terus
berlanjut tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi satu yang pasti, kini
perhatian sang ibu hanya tertuju pada satu titik; Kevin.
7 bintang!!
Nah, mau tahu spoilernya? Silakan
dibaca sampai selesai. Kalau yang pengen nonton dan masih ingin penasaran,
berhentilah membaca sampai di sini dan kembali lagi setelah selesai menonton.
Spoiler alert!!
Jadi suatu hari, Kevin mengaku
deman dan tidak masuk sekolah. Kegiatan dimulai seperti biasa. Ayahnya menjaga
Celia sementara ibunya bekerja. Namun tanpa sepengetahuan sang ibu, Kevin pergi
ke sekolahnya dengan membawa panahan yang dihadiahkan sang ayah padanya saat
natal.
Di gedung olah raga, Kevin
mengunci teman-temannya di dalam dan mulai memanahi mereka satu per satu. Banyak
di antara mereka meninggal dan yang lain luka-luka, bahkan hingga lumpuh.
Sang ibu yang diberitahu bahwa
ada insiden di sekolah, langsung datang ke lokasi dan shock berat. Semula ia
menyangka bahwa Kevin dalam bahaya, tetapi ternyata justru Kevin yang menjadi pemain
utama dan mencelakai teman-temannya. Kevin dihukum penjara empat tahun, kalau
nggak salah sih, dan mendapat kunjungan rutin dari satu-satunya orang yang
peduli padanya; sang ibu.
Sang ibu bertambah shock luar
biasa saat ia pulang ke rumah setelah insiden di sekolah dan menemukan insiden
lain di rumahnya. Di pekarangan belakang rumah, ia menemukan mayat kekasihnya
dan Celia yang terkapar dengan anak panah menusuk tubuh mereka. Keduanya sudah
lebih dulu dibunuh oleh Kevin.
Dua orang yang mendapat perhatian
dan kasih sayang dari ibunya lebih besar dibanding dengannya. Kevin menyisakan sang ibu untuk hidup dengan
penyesalan yang luar biasa seumur hidup.
Adegan yang paling heart-breaking
adalah saat sang ibu memeluk Kevin di dalam penjara. Saya rasa darah yang
selalu dibersihkan ibunya adalah efek psikologis sang ibu yang ikut menanggung
apa yang diperbuat anaknya. Bagaimanapun, kelakuan Kevin terbentuk juga dari
polanya dalam membesarkan Kevin selama ini. Jadi darah-darah itu hanyalah ilusi
semata.
Well, inilah film untuk minggu
ini. nantikan review film lain dalam two weeks later. Terima kasih sudah mampir :)
0 comments:
Post a Comment