Director: Rob Reiner
Writer: Stephen King (novel), William
Goldman (screenplay)
Rating: R (for adult situations/language,
violence)
Genre: Drama, Mystery,
Suspense
Stars: James Caan, Kathy Bates,
Richard Farnsworth
Ratings:
IMDb: 7,8/10
Rotten Tomatoes: 7,5/10
PordNiar: 7/10
Sinopsis
Seorang penulis roman terkenal,
Paul Sheldon (James Caan) mengalami kecelakaan di jalanan di tenga badai salju,
setelah selesai menulis kisah terakhirnya dari seri berjudul Misery. Beruntung,
seseorang datang menolongnya dan merawanya di rumahnya.
Penolong itu adalah seorang
wanita bernama Annie Wilkes (Kathy Bates) yang mengaku fans nomer satu dari
novel-novel Misery Paul Sheldon. Paul yang mengalami patah kaki dan punggung
awalnya merasa berterima kasih pada Annie yang telah menyelamatkan nyawanya. Dia
bahkan membiarkan wanita itu untuk membaca novel terbarunya yang bahkan belum
ia serahkan pada penerbit.
Dan dari sana lah keberuntungan
Paul menjadi bencana. Annie yang adalah fans fanatik dari Misery marah besar
karena dalam novel barunya, Paul memutuskan untuk mengakhiri kisah dengan
mematikan sosok Misery. Annie tidak terima dan mulai memaksa Paul untuk
mengganti ceritanya.
Apakah Paul akan menuruti
permintaan tidak masuk akal dari penggemarnya itu? apalagi ternyata sedari
awal, Annie memang bukanlah sosok biasa. Ia memiliki track-record mengerikan
dalam sejarah hidupnya.
Penasaran dengan nasib Paul dan
siapa sebenarnya Annie? simak reviewnya dan tonton filmnya!!
Review
Sebelumnya saya sudah menonton
film dari adaptasi novel thriller Stephen King; The Shining dan yang baru-baru
ini saya tonton adalah IT dan Misery. Film IT, atau bisa disebut seri,karena
durasinya sampai tiga jam lebih tidak membuat saya tertarik untuk mereviewnya
sama sekali. Entahlah, bagi saya mungkin film itu kurang thriller dan terlalu
panjang serta membosankan, dan agak tidak jelas.
Jadi saya review saja Misery,
diangkat dari novel berjulul sama. Ketiga kalinya menonton film dengan tokoh
yang merupakan seorang penulis. Menilik dari sinopsis di atas, bagaimana reaksi
penulis saat seseorang memintanya untuk mengganti cerita yang sudah ditulis
dengan penuh perjuangan selama berhari-hari di tempat terpencil demi
mendatangkan isnpirasi dan ketengan?
Pasti Paul Sheldon keberatan
banget dengan hal itu, apalagi yang minta mengganti bukanlah editornya. Tetapi
lain ceritanya kalau yang memintanya adalah seorang dengan sindrom bipolar
disorder sekaligus psikopat yang perubahan emosinya sangat ekstrim dan mampu
pula melakukan hal-hal ekstrim yang mengerikan.
Awalnya Annie sangat perhatian
dan merawat dengan baik Paul yang belum bisa berjalan. Tetapi ketika marah, ia
bisa saja langsung membantingkan benda apa saja pada kedua kaki Paul yang masih
lumpuh. Paul merasa terjebak dan lama kelamaan menjadi takut. Ia ingin bisa menghubungi editor dan putrinya
di kota dan meminta pertolongan.
Namun masalahnya, kakinya belum
bisa berjalan, akses keluar pun sulit karena menurut Annie hujan badai masih
bisa datang sewaktu-waktu. Namun Paul curiga itu hanya siasat Annie untuk
menahannya dan mengabulkan keinginannya untuk merubah jalan cerita novel
barunya dan menghidupkan kembali Misery.
Mau tak mau, Paul menuruti dengan
harapan memperoleh kesempatan saat Annie lengah dan ia bisa kabur dari rumah
itu. Pertama-tama Annie meminta Paul untuk membakar naskah asli novel barunya
dengan tangannya sendiri. Lalu, wanita itu membelikan peralatan menulis untuk
Paul memulai kisah baru.
Berkali-kali Paul menemukan
kesempatan melakukan sesuatu ketika Annie sedang pergi. Paul berhasil membuka
pintu kamarnya yang terkunci dari luar dan menjelajah rumah Annie dengan susah
payah. Dalam usahanya ia menemukan artikel-artikel tentang dirinya dan foto-foto
dirinya di rumah Annie. Wanita itu rupanya memang penggemar fanatik seorang
Paul Sheldon. Saat itu pula ia menyadari jika di dalam rumah itu tak pernah ada
alat telekomunikasi apapun untuk meminta pertolongan.
Adegan itu adalah salah satu yang
paling memorable karena ngetrhill sekali. Paul dengan kaki yang masih lumpuh
mencoba kembali ke kamarnya setelah menggeratak rumah Annie, sementara wanita
itu baru saja kembali dari kota. Penonton dengan tegang mengharapkan bahwa Paul
akan sampai lebih dulu ke kamarnya sebelum ketahuan Annie. Sayangnya, meskipun
Paul berhasil masuk lebih dulu ke kamar, ia ceroboh meninggalkan jejak yang
membuat Annie curiga.
Usaha-usaha lain Paul adalah
dengan menaburkan obat tidur ke dalam minuman Annie namun gagal. Scene ini
sangat menjengkelkan sekaligus bikin geli sendiri. Lalu Paul juga sempat
menyembunyikan pisau dapur yang akan dipakainya untuk menyerang Annie. Berhasilkah?
Di mulai dari sana konflik
semakin memuncak. Thriller semakin mencekam dan mendebarkan. Sheriff Buster
(Richard Farnsworth) mulai mengendus hal yang tidak beres di rumah Annie. Apakah
Sheriff akan menjadi penyelamat kali ini?
Jawabannya.. well, saya belajar
dari film The Shining bahwa tidak ada yang seorang pun yang bisa mejadi
penolong kita selain diri sendiri.
Film ini juga berpusar pada dua
tokoh. Bahkan putri Paul yang sering disebut-sebut pun tidak menunjukkan batang
hidungnya. Khas penulis zaman dulu yang bisa berkonsentrasi jika menulis di
tempat tersembunyi. Mungkin kalau penulis sekarang, asal ada kopi dan wifi,
menulis di mana pun jadi. Mungkin lho, kalau tidak begitu juga tidak apa-apa.
Lalu media menulisnya masih
menggunakan mesin ketik. Wah, itu luar biasa sekali perjuangannya. Tak pernah
habis rasa salut saya dengan penulis-penulis mesin ketik. Karena saya sendiri
pernah menulis dengan mesin ketik hampir dua ratusan halaman, dan itu rasanya
sungguh menyakitkan bagi seluruh tulang jemari saya. Waktu itu sebenarnya sudah
ada komputer (saya harus menjelaskan karena khawatir anda akan mengira saya seumuran
dengan Stephen King), hanya memang saya belum punya kesempatan memilikinya. Jadi
dari pada ke warnet atau rental, kenapa saya tidak memanfaatkan mesin ketik
yang saya punya di rumah dengan gratis?
Teknologi zaman sekarang nyatanya
memang sudah sangat memudahkan para penulis. Tidak perlu menyakiti jari,
menggulung kertas ke rol mesin ketik yang ribet dan tidak perlu meremas kertas
ketika salah menulis padahal sudah kata terakhir, dan harus memulainya lagi
dari awal. Sekarang, Ms. Word always be
the savior.
Nah, kembali ke Misery, sosok
Paul Sheldon boleh dibilang cukup cerdik menghadapi situasi di depannya. Meskipun
dia lumpuh (yeah, konflik tercipta karena kekuatan dua tokohnya seimbang, pria
lumpuh versus seorang wanita), namun berhasil menunda atau bahkan membatalkan
sama sekali eksekusi mati atas dirinya. Sementara sosok Annie adalah sosok yang
membuat penonton merasa terancam setiap kali dia muncul, meskipun dengan
senyuman lebar di wajahnya. Tampilannya benar-benar seperti wanita yang baik
hati dan tidak berbahaya, tapi siapa sangka dia bahkan menyimpan pistol dalam
celemeknya? Aktingnya keren, dan saya suka dengan caranya berbicara yang begitu
lancar serta menggambarkan isi hati dan pikirannya.
Oh ya, saya lega karena film ini
minim adegan pertumpahan darah, walaupun sepanjang cerita ngilu melihat Paul
dengan luka-luka memar di sekujur tubuhnya, apalagi saat Annie mematahkan
pergelangan kakinya. Pertumpahan darah baru terjadi menjelang ending. Siapa
yang menang?
Saya suka film ini, tetap indah
dan khas meskipun zaman sekarang sudah banyak film thriller sejenis yang bahkan
tidak segan-segan mengekspos pertumpahan darah di sepanjang cerita tanpa sensor.
Walaupun tidak semenegangkan The Shining, tetap meninggalkan kesan di benak
penonton.
7 Bintang!!
Spoiler Alert!!!
Beruntung si Sheriff yang cukup
kocak namun juga sudah agak tua, menjadi orang yang tidak sepenuhnya percaya
dengan kabar kematian Paul Sheldon karena kecelakaan di tengah badai salju. Ia
juga gigih mencari petunjuk keberadaan Paul dengan membaca seluruh novel
karyanya. Dari sanalah ia mencurigai Annie salah seorang warganya telah
melakukan sesuatu terhadap Paul.
Maka ia melakukan kunjungan
mendadak ke rumah Annie namun tak menemukan Paul karena lelaku itu telah
disembunyikan. Dan saat Sheriff akhirnya mendengar suara Paul dan menemukannya,
Annie menembaknya. Tidak jelas dia mati atau tidak, tetapi yang jelas,
petualangannya berakhir di situ.
Setelah menembak Sheriff, Annie mulai
menyerang Paul dan berniat mati bersama. Namun Paul mengulur waktu dan berhasil
menyerang balik Annie. Tetapi tokoh antagonis memang ditakdirkan untuk tidak
mudah mati, karena Annie masih mampu membalas Paul bahkan menembak dadanya. Setelah
bergulatan yang agak panjang dan cukup mengilukan, Paul berhasil membunuh
Annie.
Ternyata, si Annie ini adalah
mantan perawat kandungan yang psikopat dan telah membunuh para bayi pasien atau
perawat spesialis pengguguran bayi, entahlah saya sepertinya agak luput
memperhatikan informasi itu. Pokoknya Annie adalah psikopat yang berhasil lolos
dari tuduhan kejahatan yang memang dilakukannya.
Well, jadi kepengin nonton
film-film thriller dari novel Stephen King yang lain. Ada rekomendasi?
Mungkin saja bakalan saya jadikan
review film untuk dua minggu mendatang. Terima kasih
0 comments:
Post a Comment