Review Film: MISERY (1990)

Friday, 9 September 2016




Director: Rob Reiner
Writer: Stephen King (novel), William Goldman (screenplay)
Rating: R (for adult situations/language, violence)
Genre: Drama, Mystery, Suspense
Stars: James Caan, Kathy Bates, Richard Farnsworth
Ratings:
IMDb: 7,8/10
Rotten Tomatoes: 7,5/10
PordNiar: 7/10





Sinopsis

Seorang penulis roman terkenal, Paul Sheldon (James Caan) mengalami kecelakaan di jalanan di tenga badai salju, setelah selesai menulis kisah terakhirnya dari seri berjudul Misery. Beruntung, seseorang datang menolongnya dan merawanya di rumahnya.

Penolong itu adalah seorang wanita bernama Annie Wilkes (Kathy Bates) yang mengaku fans nomer satu dari novel-novel Misery Paul Sheldon. Paul yang mengalami patah kaki dan punggung awalnya merasa berterima kasih pada Annie yang telah menyelamatkan nyawanya. Dia bahkan membiarkan wanita itu untuk membaca novel terbarunya yang bahkan belum ia serahkan pada penerbit.

Dan dari sana lah keberuntungan Paul menjadi bencana. Annie yang adalah fans fanatik dari Misery marah besar karena dalam novel barunya, Paul memutuskan untuk mengakhiri kisah dengan mematikan sosok Misery. Annie tidak terima dan mulai memaksa Paul untuk mengganti ceritanya.
Apakah Paul akan menuruti permintaan tidak masuk akal dari penggemarnya itu? apalagi ternyata sedari awal, Annie memang bukanlah sosok biasa. Ia memiliki track-record mengerikan dalam sejarah hidupnya.

Penasaran dengan nasib Paul dan siapa sebenarnya Annie? simak reviewnya dan tonton filmnya!!



Review


Sebelumnya saya sudah menonton film dari adaptasi novel thriller Stephen King; The Shining dan yang baru-baru ini saya tonton adalah IT dan Misery. Film IT, atau bisa disebut seri,karena durasinya sampai tiga jam lebih tidak membuat saya tertarik untuk mereviewnya sama sekali. Entahlah, bagi saya mungkin film itu kurang thriller dan terlalu panjang serta membosankan, dan agak tidak jelas.

Jadi saya review saja Misery, diangkat dari novel berjulul sama. Ketiga kalinya menonton film dengan tokoh yang merupakan seorang penulis. Menilik dari sinopsis di atas, bagaimana reaksi penulis saat seseorang memintanya untuk mengganti cerita yang sudah ditulis dengan penuh perjuangan selama berhari-hari di tempat terpencil demi mendatangkan isnpirasi dan ketengan?



Pasti Paul Sheldon keberatan banget dengan hal itu, apalagi yang minta mengganti bukanlah editornya. Tetapi lain ceritanya kalau yang memintanya adalah seorang dengan sindrom bipolar disorder sekaligus psikopat yang perubahan emosinya sangat ekstrim dan mampu pula melakukan hal-hal ekstrim yang mengerikan.

Awalnya Annie sangat perhatian dan merawat dengan baik Paul yang belum bisa berjalan. Tetapi ketika marah, ia bisa saja langsung membantingkan benda apa saja pada kedua kaki Paul yang masih lumpuh. Paul merasa terjebak dan lama kelamaan menjadi takut.  Ia ingin bisa menghubungi editor dan putrinya di kota dan meminta pertolongan.



Namun masalahnya, kakinya belum bisa berjalan, akses keluar pun sulit karena menurut Annie hujan badai masih bisa datang sewaktu-waktu. Namun Paul curiga itu hanya siasat Annie untuk menahannya dan mengabulkan keinginannya untuk merubah jalan cerita novel barunya dan menghidupkan kembali Misery.

Mau tak mau, Paul menuruti dengan harapan memperoleh kesempatan saat Annie lengah dan ia bisa kabur dari rumah itu. Pertama-tama Annie meminta Paul untuk membakar naskah asli novel barunya dengan tangannya sendiri. Lalu, wanita itu membelikan peralatan menulis untuk Paul memulai kisah baru.



Berkali-kali Paul menemukan kesempatan melakukan sesuatu ketika Annie sedang pergi. Paul berhasil membuka pintu kamarnya yang terkunci dari luar dan menjelajah rumah Annie dengan susah payah. Dalam usahanya ia menemukan artikel-artikel tentang dirinya dan foto-foto dirinya di rumah Annie. Wanita itu rupanya memang penggemar fanatik seorang Paul Sheldon. Saat itu pula ia menyadari jika di dalam rumah itu tak pernah ada alat telekomunikasi apapun untuk meminta pertolongan.

Adegan itu adalah salah satu yang paling memorable karena ngetrhill sekali. Paul dengan kaki yang masih lumpuh mencoba kembali ke kamarnya setelah menggeratak rumah Annie, sementara wanita itu baru saja kembali dari kota. Penonton dengan tegang mengharapkan bahwa Paul akan sampai lebih dulu ke kamarnya sebelum ketahuan Annie. Sayangnya, meskipun Paul berhasil masuk lebih dulu ke kamar, ia ceroboh meninggalkan jejak yang membuat Annie curiga.



Usaha-usaha lain Paul adalah dengan menaburkan obat tidur ke dalam minuman Annie namun gagal. Scene ini sangat menjengkelkan sekaligus bikin geli sendiri. Lalu Paul juga sempat menyembunyikan pisau dapur yang akan dipakainya untuk menyerang Annie. Berhasilkah?

Di mulai dari sana konflik semakin memuncak. Thriller semakin mencekam dan mendebarkan. Sheriff Buster (Richard Farnsworth) mulai mengendus hal yang tidak beres di rumah Annie. Apakah Sheriff akan menjadi penyelamat kali ini?



Jawabannya.. well, saya belajar dari film The Shining bahwa tidak ada yang seorang pun yang bisa mejadi penolong kita selain diri sendiri.

Film ini juga berpusar pada dua tokoh. Bahkan putri Paul yang sering disebut-sebut pun tidak menunjukkan batang hidungnya. Khas penulis zaman dulu yang bisa berkonsentrasi jika menulis di tempat tersembunyi. Mungkin kalau penulis sekarang, asal ada kopi dan wifi, menulis di mana pun jadi. Mungkin lho, kalau tidak begitu juga tidak apa-apa.

Lalu media menulisnya masih menggunakan mesin ketik. Wah, itu luar biasa sekali perjuangannya. Tak pernah habis rasa salut saya dengan penulis-penulis mesin ketik. Karena saya sendiri pernah menulis dengan mesin ketik hampir dua ratusan halaman, dan itu rasanya sungguh menyakitkan bagi seluruh tulang jemari saya. Waktu itu sebenarnya sudah ada komputer (saya harus menjelaskan karena khawatir anda akan mengira saya seumuran dengan Stephen King), hanya memang saya belum punya kesempatan memilikinya. Jadi dari pada ke warnet atau rental, kenapa saya tidak memanfaatkan mesin ketik yang saya punya di rumah dengan gratis?



Teknologi zaman sekarang nyatanya memang sudah sangat memudahkan para penulis. Tidak perlu menyakiti jari, menggulung kertas ke rol mesin ketik yang ribet dan tidak perlu meremas kertas ketika salah menulis padahal sudah kata terakhir, dan harus memulainya lagi dari awal. Sekarang, Ms. Word always be the savior.

Nah, kembali ke Misery, sosok Paul Sheldon boleh dibilang cukup cerdik menghadapi situasi di depannya. Meskipun dia lumpuh (yeah, konflik tercipta karena kekuatan dua tokohnya seimbang, pria lumpuh versus seorang wanita), namun berhasil menunda atau bahkan membatalkan sama sekali eksekusi mati atas dirinya. Sementara sosok Annie adalah sosok yang membuat penonton merasa terancam setiap kali dia muncul, meskipun dengan senyuman lebar di wajahnya. Tampilannya benar-benar seperti wanita yang baik hati dan tidak berbahaya, tapi siapa sangka dia bahkan menyimpan pistol dalam celemeknya? Aktingnya keren, dan saya suka dengan caranya berbicara yang begitu lancar serta menggambarkan isi hati dan pikirannya.



Oh ya, saya lega karena film ini minim adegan pertumpahan darah, walaupun sepanjang cerita ngilu melihat Paul dengan luka-luka memar di sekujur tubuhnya, apalagi saat Annie mematahkan pergelangan kakinya. Pertumpahan darah baru terjadi menjelang ending. Siapa yang menang?
Saya suka film ini, tetap indah dan khas meskipun zaman sekarang sudah banyak film thriller sejenis yang bahkan tidak segan-segan mengekspos pertumpahan darah di sepanjang cerita tanpa sensor. Walaupun tidak semenegangkan The Shining, tetap meninggalkan kesan di benak penonton.

7 Bintang!!




Spoiler Alert!!!

Beruntung si Sheriff yang cukup kocak namun juga sudah agak tua, menjadi orang yang tidak sepenuhnya percaya dengan kabar kematian Paul Sheldon karena kecelakaan di tengah badai salju. Ia juga gigih mencari petunjuk keberadaan Paul dengan membaca seluruh novel karyanya. Dari sanalah ia mencurigai Annie salah seorang warganya telah melakukan sesuatu terhadap Paul.



Maka ia melakukan kunjungan mendadak ke rumah Annie namun tak menemukan Paul karena lelaku itu telah disembunyikan. Dan saat Sheriff akhirnya mendengar suara Paul dan menemukannya, Annie menembaknya. Tidak jelas dia mati atau tidak, tetapi yang jelas, petualangannya berakhir di situ.

Setelah menembak Sheriff, Annie mulai menyerang Paul dan berniat mati bersama. Namun Paul mengulur waktu dan berhasil menyerang balik Annie. Tetapi tokoh antagonis memang ditakdirkan untuk tidak mudah mati, karena Annie masih mampu membalas Paul bahkan menembak dadanya. Setelah bergulatan yang agak panjang dan cukup mengilukan, Paul berhasil membunuh Annie.



Ternyata, si Annie ini adalah mantan perawat kandungan yang psikopat dan telah membunuh para bayi pasien atau perawat spesialis pengguguran bayi, entahlah saya sepertinya agak luput memperhatikan informasi itu. Pokoknya Annie adalah psikopat yang berhasil lolos dari tuduhan kejahatan yang memang dilakukannya.

Well, jadi kepengin nonton film-film thriller dari novel Stephen King yang lain. Ada rekomendasi?

Mungkin saja bakalan saya jadikan review film untuk dua minggu mendatang. Terima kasih 

0 comments: